Seni mendengarkan ternyata lebih menyenangkan. Kalau dulu sering denger temen curhat, mendengarkan disini lebih ke mengamati isi bicaranya dan mengkorelasikan dengan karakter si pembicara.
Segala yang Allah atur pasti ada tujuannya. Bitter and sweet. Ditengah kencang-kencangnya aku berlari, tiba-tiba arah jalan berubah. Penyesalan, kecewa dan sedih semacam kobinasi pas untuk merusak hidup. Aku jalani sakitnya dengan tertih, sampai dititik aku mengucapkan doa yang paling pasrah selama aku hidup “Ya Allah, bantu aku sedikit saja tenangkanlah hatiku”.
Ternyata kerisauan yang ada bukan hanya aku yang merasakan. rekan-rekan lama yang PPPK juga merasakan hal yang sama. di satu kesempatan aku menanyakan kepada sesorang yang masih sering berkabar, kurang lebih chit chat kita seperti ini :
A : "Misal sampean berada di tempat yang toxic, terbatas dan manipulatif. Apa yang sampean lakukan?"
B : "Menjadi orang pasif. semakin pasif semakin baik."
A : "Udah, gitu aja? gpp gak ada progres?"
B : "Kalau lingkungan gak kondusif, sudah jelas gak ada progress. Bisa bertahan saja sudah luar biasa."
A : "Trs, hidup aing ni gimana enaknya? (I am totally stuck, tiap hari cuma bisa doa doang) disini serem."
B : "Progres diri diluar, sampean bisa jadi mentoring penulisan. Sama, disini juga. salah langkah sedikit, bisa ditusuk dari belakang. gunakan seni mengabaikan. Kerja, pulang, lupakan dan perbanyak uang. Urip pisan, gausah angel-angel"
Kalimat konyol yang benar saja mungkin perlu dilakukan. Meningkatkan pendapatan bukan berarti sedang butuh uang, hanya saja kita butuh hiburan ditengah keterpurukan. Semacam butuh kompensasi dari Idealisme yang dipaksa hilang dan value diri yang stuck disitu-situ saja.
Sejauh ini aku bisa belajar bahwa sendirian karena benar itu tak masalah. Mulai tak peduli karena selalu dimanfaatkan itu boleh. Tidak peduli sepertinya bukan karakterku, meskipun mungkin aku mengamati dalam hening, tapi nyatanya diam dan bodo amat adalah cara terbaik untuk mencari nyaman.
Selamat senja pengalaman yang membanggakan
Bukan ku tutup buku karena renta
Tapi nyatanya sulit untuk membuka halaman berikutnya
karena tak sama...
Kalimat yang dulu sangat jarang aku ucapkan saat berdoa, kini seakan menjadi kalimat pembuka disetiap doaku “jauhkan hamba dari orang-orang dzolim”. Seleksi alam itu pasti ada, siapa yang akan tetap berada disekitar dan siapa yang akan hilang secara perlahan. Atau, memang hilang secara tiba-tiba.
Dan aku mulai menyederhanakan pandangan, bersyukur dan tawwaqal. Semakin banyak aku menemukan orang manipulatif dan khianat, semakin aku menghargai dan ingin menyenangkan orang-orang tulus dan baik hati yang ada dihidupku.
Aku membuka postingan-postingan twitter lamaku, hal yang baru aku sadari adalah "aku jauuuuuh dari aku yang dulu" aku yang selalu positive thinking dan optimis sepertinya sudah hilang belakangan ini. Dan aku ingin kembali Ya Allah :( .
Beginilah Allah memeberikan pelajaran yang sangat berharga dan sekarang hanya sesimpel sehat, ibadah tenang, bisa kerja, berkecukupan, keluarga senang, rekan aman, sosial lancar, sudah cukup. Pastinya yang sekarang sering aku ucapkan ke dua manusia lucu yang ada disana adalah “tetap jadi orang baik walau keadaan memaksa kita untuk jadi tidak baik” karena salah satu dari mereka tahu presure dari sekitar itu seberat apa.
Sampai jumpa direncana Allah selanjutnya. xoxo